Nagekeo,lensantt.comĀ – semenjak duduk di senayan Dipo Nusantara Pua Upa, SH, M.Kn.tak henti berkiprah.
Khususnya dipropinsi NTT,Ā sebagai putra daerah dirinya punya tanggung jawab besar untuk propinsi ini.

Ā
Kali ini ia menyampaikanĀ pesan yang begituĀ bermaknaĀ untuk seluruh rakyat NTT khususnya para remaja.
Pria yang terkenal murah senyum ini mengingatkan, jangan sampai remaja milenial Nusa Tenggara Timur (NTT) terpapar paham Radikalisme. Karena hal ini dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa –yang sudah kita ikrarkan selama 92 tahun lalu, dalam peristiwa Sumpa Pemuda, 28 Oktober 1928.
āJangan sampai remaja milenial kita di NTT terpapar radikalisme. Karena hal ini akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita ke depan,ā kata Dipo Nusantara ketika melakukan sosialisasi Empat Pilar Dalam Berbangsa dan Bernegara di Konge, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, N.T.T., Senin (10/2).
Apa yang disampaikamln Dipo harus diberi apresiasi karena saat ini radikalisme mulai merongrong indonesia.mengingatkan radikalisme di kalangan remaja milenial di NTT, karena hasil kajian dari Badan Intelijen Negara (BIN) menyebutkan, remaja atau anak-anak muda usia 17 – 24 tahun merupakan target utama penyebaran paham ekstrimis dan terorisme. Hal ini juga diperkuat oleh data dari Kementrian Pertahanan Kemanan RI yang menyebutkan bahwa 23,4 persen mahasiswa di Indonesia terpapar radikalisme.
āPertanyaannya, kenapa remaja yang menjadi sasaran. Ini, karena mereka masih muda, semangatnya masih tinggi, masih energik. Kemudian, usia-usia remaja seperti itu, reltaif masih mencari identitas atau jati diri. Dan kebanyakan mereka belum punya tanggungan keluarga,ā kata Dipo.
āMakanya kalau kita simak lagi beberapa kejadian bom di Indonesia, seperti bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta tahun 2009, itu pelakunya adalah remaja yang masih berusia 18 tahun,āungkap Dipo.
Untuk itu, anggota DPR RI asal Kabupaten Nagekeo ini, menekankan pentingnya para remaja, orangtua, para pendidik, serta seluruh kelompok kepentingan di NTT, untuk memahami dan melaksanakan Pancasila. Dan juga secara konsekuen menjaga sendi-sendi utama lainnya, yakni UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika, yang merupakan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
āKarena itu, sosialisasi Empat Pilar yang saya lakukan dalam kapasitas sebagai anggota MPR RI ini, agar masyarakat dapat memahami, menghayati, dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.Ā Sehingga kita, terutama remaja di NTT tidak terpapar paham radikal.Ā ” tandas Dipo.
Peran Orangtua dan Pendidik.
Pada bagian lain, Dipo menyebut pentingnya peran orangtua dan pendidik (guru dan dosen) dalam mengangtisipasi para remaja terpapar radikalisme. Menurutnya, orangtua memiliki peran sentral.
āKarena orangtua bisa setiap hari dapat memperhatikan langsung anak-anaknya. Apabila terjadi perubahan perangai yang tiba-tiba dari sang anak, seperti tiba-tiba jadi pendiam, lebih banyak menyendiri di kamar, cenderung memaksakan kehendak, itu adalah warning bagi para orangtua. Agar hati-hati dan segera selidiki penyebabnya. Dan diskusikan dengan guru wali atau dosen walinya. Panggil anaknya baik-baik, dan coba melakukan pendekatan,ā ungkap Dipo Nusantara soal beberapa ciri remaja yang terpapar radikalisme.
Sementara pendidik juga demikian. Menurut Dipo, guru atau dosen harus lebih peka terhadap perilaku siswa atau mahasiswanya di kelas.
āKalau mereka tiba-tiba cenderung jadi pendiam, menyendiri, menjauhi teman-temannya, atau mulai menunjukkan perlawanan, terutama yang menyangkut persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia, itu juga warning bagi pendidik. Harus langsung dideteksi dan diselidiki penyebabnya,ā kata Dipo Nusantara Pua Upa mengingatkan.(ikz/***)